Senin, 26 November 2012


TUGAS SOSIOLOGI
OLEH : MERTY. S. ROSELY, S.Pd

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU SOSIOLOGI
UNIVERSITAS PATTIMURA
AMBON
2012


CERITA PENDEK YAITU  GADIS DI RUANG TUNGGU

Dapat kita lihat dari cerita pendek  Gadis Di Ruang Tunggu dimana terdapat tokoh-tokoh yang berbeda watak satu dengan yang lain, pastinya pemaknaan terhadap masing-masing tokoh tersebut berbeda-beda beradasarkan pemikiran mereka. salah satu tokoh yaitu Pak Jaka. Pribadi  Pa Jaka merupakan seorang  pengusaha muda yang terlihat ganteng dan perkasa yang begitu dengan penampilannya yang sempurna  menunjukan bahwa pa jaka  adalah seorang pengusaha (Direktur Perusahaan) yang kaya sehingga dia adalah orang terhormat.  Pa Jaka  Kalau kita melihat Pa Jaka  seorang direktur yang sukses merai kehidupannya dan Namun pada kenyataannya pak Jaka ini sedang mengalami hal yang buruk dalam hidupnya, dimana dia kalah tender, klaien-klaiennya semua pergi meningalkan pa jaka sendirian untuk menghadapi masalah yang sangat besar  sampai persoalan dengan istrinya yang sedang pergi bermeditasi, dimana hal tersebut membuat pak Jaka sakit kepala karena terlalu banyak pikiran dengan masalah-masalah yang di hadapi sehingga mendorongnya untuk pergi ke dokter untuk  priksa kondisi Pa jaka. Ketika pak Jaka pergi ke Rumah Sakit, maka orang-orang yang ada di rumah sakit itu pun menganggap  Pak Jaka sebagai orang yang  sedang sakit atau sebagai pasien yang perlu di periksa oleh dokter  tentunya  dia juga  harus mengikuti aturan yang ada di Rumah Sakit yaitu mau atau tidak mau  harus  mengantri sesuai no urut pasien, dalam keadaan seperti itu ternyata Pak Jaka tidak mau mengantri  ditambah lagi no urut yang dia dapat adalah no urut terahkir yang  diperiksa dokter setelah beberapa pasien yang lain sehingga dia  protes ke suster yang memberikan no urut tersebut, karna Pa jaka tidak sabar dan menanti untuk priksa  dengan alasan dia mau secepatnya diperiksa karena kepalanya sangat sakit, rasanya kepala mau terbelah dua, apalagi ditambah dengan keberadaan pasien-pasien lainnya yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa, dengan berbagai macam penyakit yang di alami oleh mereka masing-masing membuat kondisi  pak Jaka tambah pusing  sampai-sampai dia tidak tahan untuk berlama-lama menunggu gilirannya. Namun suster pun dengan suara  lembut  tetap menyuruh Pak Jaka untuk tetap dalam antrian sama seperti pasien yang lain. dalam keadaan yang seperti ini, hadir sosok seorang gadis manis, cantik dan biasa-biasa saja yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa, gadis (Hana) itu adalah seorang perempuan yang baik hati yang sepertinya dia tenang-tenang saja seakan tidak ada penyakit apa-apa yang diderita oleh gadis tersebut, hal ini dilihat dari caranya berinteraksi  dengan pak Jaka dimana si Gadis dengan senyumannya dalam pemikirannya yang mungkin  memaknakan kondisi pada saat itu pak Jaka sedang berada dalam sebuah masalah yang berat sehingga mendorong Gadis untuk berbicara kepada pak Jaka berdasarkan pada situasi yang dia rasakan. Gadis mengatakan bahwa seakan-akan  hanya pak Jaka saja orang di dunia ini yang memiliki masalah yang berat dibandingkan orang lain, hal itu ditanggapi oleh pak Jaka dan di iyakan oleh pak Jaka bahwa memang benar kalau hanya pak Jaka saja yang memiliki masalah yang berat, sedangkan yang lain tidak. Bagaimana tidak pak Jaka adalah seorang direktur, pastinya banyak persoalan yang harus dia hadapi dan perlu diselesaikan ditambah lagi kondisi keluarganya yang ada masalah dilihat dari perginya sang  istri untuk bermeditasi, sehingga pak Jaka merasa bahwa hanya dia orang yang banyak masalahnya. Jika mau dibanding  dengan pasien lainnya yang sedang menunggu, ada yang sedang batuk sambil  berpangku kaki dengan santai, ada yang menunggu sambil membaca majalah, suster yang ada juga sepertinya santai menikmati  pekerjaannya, adapun gadis yang kelihatannya tidak ada penyakit apa-apa kok bisa ada gitu di Rumah sakit,  dalam keadaan seperti  ini pak Jaka merasa bahwa pasien-pasien tersebut sakitnya tidak separah apa yang dialami dan dideritai oleh pak Jaka, sehingga dia (pak Jaka) lebih berpikir bahwa dirinya yang lebih banyak masalah yang membuat kepalanya sakit rasanya mau stress saja yang harus lebih dahulu diperiksa ketimbang  pasien yang lain, apalagi ditambah dengan salah satu pasien yang sedang gelisah menunggu karena namanya belum dipanggil-panggil, dia merasa mungkin pasien itu sudah tua, dia masih muda pastinya masih dibutuhkan tenaganya ketimbang pasien yang sudah tua itu apalagi ada cucunya disamping yang masih bisa membantu nenek itu, sedangkan pak Jaka sendiri  istrinya malah pergi bermeditasi ketimbang harus berada disisinya untuk membantu dan mengurusnya. Sehingga keadaan inilah yang membuatnya merasa bahwa hanya dia yang mempunyai masalah terberat di dunia, maka seharusnya dia yang harus lebih dahulu diperiksa oleh dokter.  Namun, kembali lagi melihat gadis yang berinteraksi dengan pak Jaka, dengan kelemah lembutan gadis itu dia menanggapi dari apa yang dibicarakan antar mereka dimana pak Jaka merasa kepalanya akan pecah, gadis ini pun berpikir bahwa mungkin pak  Jaka sangat membutuhkan pertolongan sehingga  gadis itupun mau memberikan nomor urut antriannya ke pak Jaka. gadis ini justru lebih mengutamakan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri, dimana kalau kita melihat dari sosok gadis yang manis,cantik, orangnya lemah lembut, baik hatinya seakan-akan  katakanlah dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini dimana dibalik semuanya itu dia harus menerima kenyataannya bahwa ia mengidap berbagai macam penyakit yang sejalan dengan hitungan waktu mungkin gadis itu akan berakhir.  Tetapi bagaimana dia mencoba untuk memahami keberadaan pak Jaka sebagaimana yang telah mereka bicarakan, yang seharusnya merasa hidupnya akan berakhir adalah gadis itu, yang mungkin dia harus bertindak seperti yang pak Jaka lakukan. Pa jaka pun sadar akan hal yang di buatnya tidak pantas karena sudah marah-marah dan bikin tingka yang ane-ane akan hal yang di hadapinya  Dan pada akhirnya pak Jaka pun merasa senang karena si gadis itu mau menukar nomor  urutnya dengan pak Jaka, sehingga dengan tidak ada rasa bersalah  pak Jaka pun menukar nomor urutnya.  Dalam perbincangan mereka, dipanggilah nomor urut dari si gadis itu namun telah ditukar dengan pak Jaka otomatis pak Jaka yang masuk  untuk diperiksa, tetapi dalam waktu yang bersamaan pula pak Jaka mengetahui  bahwa si gadis yang berinteraksi dengannya itu yang dilihatnya sehat-sehat saja dan tidak ada masalah dengan kesehatannya ternyata adalah seorang gadis yang kedua matanya yang  tidak melihat (buta) akibat virus yang menyerangnya beberapa tahun yang lalu, dan mungkin dalam waktu yang dekat ini  si gadis itu harus menerima  keadaan yang terburuk. Dari penjelasan suster itu pak Jaka sadar bahwa  ternyata apa yang dia pikirkan mengenai masalah dan sakitnya itu tidak sebanding dengan apa yang dideritai si gadis tersebut yang ternyata masalahnya justru lebih berat dari pak Jaka. Dengan kenyataannya itu akhirnya pak Jaka pun pergi meminta maaf kepada gadis itu dan sakit kepala pak Jaka pun dengan sendirinya sembuh sehingga tidak perlu diperiksa lagi dan pa jaka mengantar si gadis tersebut ke dokter yang di pagil nomor anterinya.sekian dan trima kasih.




George Herbert Mead mengagumi kempampuan manusia untuk menggunakan simbolik dia menyatakan bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul didalam sebuah situasi tertentu. Simbol yang dimaksud adalah label arbitrer atau representasi dari fenomena. Teori ini menekankan pada hubungan antara simbol dan interaksi.Kita  mengatakan bahwa interaksionisme simbolik adalah pada intinya sebuah kerangka referensi untuk memahami bagaimana manusia  bersama dengan orang lainnya,
Menurut Mead, tubuh bukanlah diri dan baru menjadi diri ketika pikiran telah berkembang. Sementara disisi lain bersama refleksivitasnya, diri adalah sesuatu yang mendasar bagi perkembangan pikiran. Tentu saja mustahil memisahkan pikiran dari diri, karena diri adalah proses mental. Namun, meskipun kita bisa saja menganggapnya sebagai proses mental, diri adalah proses sosial. Mekanisme umum perkembangan diri adalah refleksivitas atau kemampuan untuk meletakkan diri kita secara  sadar ditempat orang lain serta bertindak sebagaimana mereka bertindak. Akibatnya, orang mampu menelaah dirinya sendiri sebagaimana orang lain menelaah dia.
Dengan menyerasikan diri dengan harapan-harapan orang lain, maka dimungkinkan terjadi interaksi, semakin mampu seseorang mengambil alih atau menerjemahkan perasaan-perasaan sosial semakin terbentuk identitas atau pediriannya. Ada tiga premis yang dibangun dalam interaksi simbolik yaitu

  1. Manusia bertindak berdasarkan makna-makna (Man acts based on meanings).
  2. Makna tersebut didapatkan dari interaksi  dengan orang lain, ( The Meaning Got From Interaction With Others)
  3. Makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung.( ( The meaning grows and made perfect when the interaction takes place).

Hal ini bila dihubungkan dengan tiga  premis atau konsep dasar yang dikemukakan oleh George Herbert Mead tentang interaksionisme simbolik yaitu:


*        Manusia bertindak berdasarkan makna-makna (Man acts based on meanings).
          Diri juga merupakan proses sosial, sebuah proses dimana para pelakunya memperlihatkan pada dirinya sendiri hal-hal yang dihadapinya, didalam situasi dimana ia bertindak dan merencanakan tindakannya itu melalui penafsirannya atas hal-hal tersebut. Dalam hal ini, aktor atau pelaku yang melakukan interaksi sosial dengan dirinya sendiri, menurut Mead dilakukan dengan cara mengambil peran orang lain, dan bertindak berdasarkan peran tersebut, lalu memberikan respon atas tindakan-tindakan itu. Konsep interaksi pribadi (self interaction) dimana para pelaku menunjuk diri mereka sendiri berdasarkan pada skema Mead mengenai psikologi sosial. sebagai contoh dapat kita lihat didalam cerita “Gadis Di Ruang Tunggu”, dimana pak Jaka memiliki makna yang berbeda berpulang pada siapa atau bagaimana memandang Pak Jaka Ketika pak Jaka pergi ke Rumah Sakit untuk menemui dokter yang biasa memeriksanya, maka orang-orang yang ada di ruang tunggu yang ingin memeriksa kesehatannya pun  akan memaknai pak Jaka sebagai orang yang sedang sakit sama seperti mereka . dimana harus menunggu giliran untuk diperiksa. Sehingga mau tidak mau pak Jaka pun harus menunggu gilirannya untuk diperiksa. Interaksi antara pasien dan pak Jaka adalah dilandasi pada pikiran mereka yang pikirnya sama-sama pasien yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa oleh dokter. Pada hal jika di perusahaan, pak Jaka adalah orang no satu yang dihormati banyak orang, sehingga diperlakukan dengan cara yang baik dengan perlakuan yang lebih diutamakan dari yang lain karena pak Jaka adalah seorang direktur dalam perusahaan itu. Interkasi yang dapat dilihat antara Pak Jaka dengan orang-orang yang ada di perusahaan  dilandasi pada pikiran mereka bahwa pak Jaka adalah atasan atau di rektur perusahan mereka. Sehingga ketika pak Jaka berada di Rumah Sakit untuk memeriksa kesehatannya dia bukanlah seorang direktur, tetapi Pa jaka orang biasa yang sama membutukan pertolongan dokter. Mead menyatakan bahwa konsep diri pada dasarnya terdiri dari jawaban individu atas pertanyaan mengenai “siapa aku” untuk kemudian dikumpulkan dalam bentuk kesadaran diri individu mengenai keterlibatannya yang khusus dalam seperangkat hubungan sosial yang sedang berlangsung. Pendapat Mead tentang pikiran adalah bahwa pikiran mempunyai corak sosial, percakapan dalam batin adalah percakapan antara “aku” dengan “yang lain” pada titik ini, konsepsi tentang “aku” itu sendiri merupakan konsepsi orang lain terhadap individu tersebut. Atau dengan kalimat singkat, individu mengambil pandangan orang lain mengenai dirinya seolah-olah pandangan tersebut adalah “dirinya” yang berasal dari “aku.

*        Makna tersebut didapatkan dari interaksi  dengan orang lain ( The Meaning Got From Interaction With Others)
          Pemaknaan muncul dari interaksi sosial yang dipertukarkan di antara mereka. Seperti Pa jaka Dengan Si Gadis Di Ruang Tunggu yang mempunyai Makna yang berasal dari hasil proses perbincangan mereka melalui penggunaan bahasa dalam perspektif interaksionisme simbolik. Teori interaksi simbolik melihat individu sebagai pelaku aktif, reflektif dan kreatif, menafsirkan, menampilkan perilaku yang rumit dan sulit diramalkan. seperti yang di lakukan oleh pa jaka dapat di lihat dalam cerita ini. Dari penjelasan suster itu pak Jaka sadar bahwa  ternyata apa yang dia pikirkan mengenai masalah dan sakitnya itu tidak sebanding dengan apa yang dideritai si gadis tersebut yang ternyata masalahnya justru lebih berat dari pak Jaka. Dengan kenyataannya itu akhirnya pak Jaka pun pergi meminta maaf kepada gadis itu dan sakit kepala pak Jaka pun dengan sendirinya sembuh sehingga tidak perlu diperiksa lagi dan pa jaka mengantar si gadis tersebut ke dokter yang di pagil nomor anterinya. Kita Mencoba memposisikan diri ke dalam orang lain, dan mencoba melihat bagaimanakah perspektif orang tersebut ketika memandang diri kita. Kita semacam meminjam kaca mata orang lain tersebut untuk melihat diri kita. Konsep diri adalah fungsi secara bahasa. Tanpa pembicaraan maka tidak akan ada konsep diri. misalnya konsep diri ini sendiri pada nantinya terbentuk atau dikonstruksikan melalui konsep pembicaraan itu sendiri, melalui bahasa (language) adalah bagaimana proses komunikasi dan permainan bahasa yang terjadi dalam hubungan antara dua orang, terutama pa Jaka dengan gadis di ruang tunggu. Ketika mereka berkomunikasi dengan menggunakan simbolisasi bahasa SAYA dan ANDA, maka konsep diri yang terbentuk adalah “dia ingin diri saya dalam status yang formal”. misalkan simbolisasi bahasa yang dipakai adalah ELO dan GUE maka konsep diri yang terbentuk adalah “dia ingin menganggap saya sebagai teman atau kawan semata”. Dan tentunya akan sangat berbeda jika simbolisasi yang digunakan adalah kata AKU dan KAMU, maka konsep diri yang lebih mungkin adalah “dia ingin saya dalam status yang lebih personal, yang lebih akrab” atau lebih merujuk kepada konsep diri bahwa “kita sudah jadian atau pacaran”. Misalkan. Jadi, dalam suatu proses komunikasi, simbolisasi bahasa yang digunakan akan sangat berpengaruh kepada bagaimana konsep diri yang nantinya akan terbentuk. Lebih luas lagi pada dasarnya pola komunikasi ataupun pola interaksi manusia memang bersifat demikian. Setiap interaksi manusia selalu dipenuhi dengan simbol-simbol, baik dalam kehidupan sosial maupun kehidupan diri sendiri. Diri tidak terkungkung melainkan bersifat sosial. Orang lain adalah refleksi untuk melihat diri sendiri. Dari penjelasan ini berarti bahwa teori interaksi simbolik merupakan perspektif yang memperlakukan individu sebagai diri sendiri sekaligus diri sosial. manusia merupakan makhluk yang paling rasional dan memiliki kesadaran akan dirinya. Di samping itu, George Herbert Mead juga menerima pandangan Darwin yang menyatakan bahwa dorongan biologis memberikan motivasi bagi perilaku atau tindakan manusia, yang mempunyai sifat sosial. Di samping itu, George Herbert Mead juga sependapat dengan Darwin yang menyatakan bahwa komunikasi adalah merupakan ekspresi dari perasaan George Herbert Mead juga dipengaruhi oleh idealisme Hegel dan John Dewey. Gerakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang dalam hubungannya dengan pihak lain. Sehubungan dengan ini, George Herbert Mead berpendapat bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk menanggapi diri sendiri secara sadar, dan kemampuan tersebut memerlukan daya pikir tertentu, khususnya daya pikir reflektif. Namun, ada kalanya terjadi tindakan manusia dalam interaksi sosial munculnya reaksi secara spontan dan seolah-olah tidak melalui pemikiran dan hal ini biasa terjadi pada binatang.
        Bahasa atau komunikasi melalui pa jaka dan gadis di ruang tunggu adalah merupakan isyarat yang mempunyai arti khusus yang muncul terhadap individu lain yang memiliki ide yang sama dengan isyarat-isyarat yang ada pada pa jaka dan gadis di ruang tersebut. Dan   Manusia mampu membayangkan dirinya secara sadar tindakannya dari kacamata orang lain; hal ini menyebabkan manusia dapat membentuk perilakunya secara sengaja dengan maksud menghadirkan respon tertentu dari pihak lain.


*   Makna tersebut berkembang dan disempurnakan ketika interaksi tersebut berlangsung. ( the meaning grows and made perfect [by] when the interaction takes place).
Menurut George Herbert Mead, Orang bergerak untuk bertindak berdasarkan makna yang diberikan pada orang lain , benda, dan peristiwa. Makna-makna ini diciptakan dalam bahasa yang digunakan orang baik untuk berkomunikasi dengan orang lain maupun dengan dirinya sendiri, atau pikiran pribadinya. Bahasa memungkinkan orang untuk mengembangkan perasaan mengenai diri dan untuk berinteraksi dengan orang lainnya dalam sebuah komunitas. Intetalsi simbolik didasarkan pada ide-ide mengenai diri dan hubungannya dengan masyarakat. Ketika kita lihat pak Jaka pergi ke Rumah Sakit, maka orang-orang yang ada di rumah sakit itu pun akan memaknai Pak Jaka sebagai orang yang  sedang sakit atau sebagai pasien yang perlu di periksa oleh dokter  tentunya  dia juga  harus mengikuti aturan yang ada di Rumah Sakit yaitu mau atau tidak mau  harus  mengantri sesuai no urut pasien, dalam keadaan seperti itu ternyata Pak Jaka tidak mau mengantri  ditambah lagi no urut yang dia dapat adalah no urut terahkir dan  yang  diperiksa dokter setelah beberapa pasien yang lain sehingga dia  protes ke suster yang memberikan no urut tersebut, karna Pa jaka tidak sabar dan menanti untuk priksa  dengan alasan dia mau secepatnya diperiksa karena kepalanya sangat sakit, rasanya kepala mau terbelah dua, apalagi ditambah dengan keberadaan pasien-pasien lainnya yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa, dengan berbagai macam penyakit yang di alami oleh mereka masing-masing membuat kondisi  pak Jaka tambah pusing  sampai-sampai dia tidak tahan untuk berlama-lama menunggu gilirannya.
Namun suster pun dengan suara  lembut  tetap menyuruh Pak Jaka untuk tetap dalam antrian sama seperti pasien yang lain. dalam keadaan yang seperti itu, hadir sosok seorang gadis manis, cantik dan biasa-biasa saja yang sedang menunggu giliran untuk diperiksa, gadis itu adalah seorang perempuan yang baik hati yang sepertinya dia tenang-tenang saja seakan tidak ada penyakit apa-apa yang diderita oleh gadis tersebut, hal ini dilihat dari caranya berinteraksi  dengan pak Jaka dimana si Gadis dengan senyumannya dalam pemikirannya yang mungkin  memaknakan kondisi pada saat itu pak Jaka sedang berada dalam sebuah masalah yang berat sehingga mendorong Gadis untuk berbicara kepada pak Jaka berdasarkan pada situasi yang dia rasakan. Gadis mengatakan bahwa seakan-akan  hanya pak Jaka saja orang di dunia ini yang memiliki masalah yang berat dibandingkan orang lain, hal itu ditanggapi oleh pak Jaka dan pak Jaka  memang benar kalau hanya pak Jaka saja yang memiliki masalah yang berat, sedangkan yang lain tidak, pak Jaka adalah seorang direktur, pastinya banyak persoalan yang harus dia hadapi dan perlu diselesaikan ditambah lagi kondisi keluarganya yang ada masalah dilihat dari perginya sang  istri untuk bermeditasi, sehingga pak Jaka merasa bahwa hanya dia orang yang banyak masalah. Jika mau dibanding  dengan pasien lainnya yang sedang menunggu, ada yang sedang batuk sambil  berpangku kaki dengan santai, ada yang menunggu sambil membaca majalah, suster yang ada juga sepertinya santai menikmati  pekerjaannya, adapun gadis yang kelihatannya tidak ada penyakit apa-apa di Rumah sakit,  dalam keadaan seperti  ini pak Jaka merasa bahwa pasien-pasien tersebut sakitnya tidak separah apa yang dialami dan dideritai oleh pak Jaka, sehingga dia (pak Jaka) lebih berpikir bahwa dirinya yang lebih banyak masalah yang membuat kepalanya sakit rasanya mau stress saja yang harus lebih dahulu diperiksa ketimbang  pasien yang lain, apalagi ditambah dengan salah satu pasien yang sedang gelisah menunggu karena namanya belum dipanggil-panggil, dia merasa mungkin pasien itu sudah tua, itu apalagi ada cucunya disamping yang masih bisa membantu nenek itu, sedangkan pak Jaka sendiri  istrinya malah pergi bermeditasi ketimbang harus berada disisinya untuk membantu dan mengurusnya. Sehingga keadaan inilah yang membuatnya merasa bahwa hanya dia yang mempunyai masalah terberat di dunia, maka seharusnya dia yang harus lebih dahulu diperiksa oleh dokter.  Namun, kembali lagi melihat gadis yang berinteraksi dengan pak Jaka, dengan kelemah lembutan gadis itu dia menanggapi dari apa yang dibicarakan antar mereka dimana pak Jaka merasa kepalanya akan peca, gadis ( Hana ) ini pun berpikir bahwa mungkin pak  Jaka sangat membutuhkan pertolongan sehingga  gadis itupun mau memberikan nomor urut antriannya ke pak Jaka. gadis ini justru lebih mengutamakan kepentingan orang lain ketimbang dirinya sendiri, dimana kalau kita melihat dari sosok gadis yang manis,cantik, orangnya lemah lembut, baik hatinya seakan-akan  katakanlah dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini dimana dibalik semuanya itu dia harus menerima kenyataannya bahwa ia mengidap berbagai macam penyakit yang sejalan dengan hitungan waktu mungkin gadis itu akan berakhir.  Tetapi bagaimana dia mencoba untuk memahami keberadaan pak Jaka sebagaimana yang telah mereka bicarakan, yang seharusnya merasa hidupnya akan berakhir adalah gadis itu, yang mungkin dia harus bertindak seperti yang pak Jaka lakukan cara manusia mengartikan dunia dan dirinya sendiri berkaitan erat dengan masyarakatnya. Mead melihat pikiran (mind) dan dirinya (self) menjadi bagian dari perilaku manusia yaitu bagian interaksinya dengan orang lain. Mead menambahkan bahwa sebelum seseorang bertindak, ia membayangkan dirinya dalam posisi orang lain dengan harapan-harapan orang lain dan mencoba memahami apa yang diharapkan orang lain. Mead menekankan dasar intersubjektif dari makna. menurut mead, hanya ketika orang-orang memiliki interpretasi sama mengenai simbol yang mereka pertukarkan dalam interaksi. Blummer(1969) menjelaskan bahawa terdapat tiga cara untuk menjelaskan asal sebuah makna.

Konsep diri (self consept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya. Keunikan konsep diri pada setiap individu pun relatif berbeda-beda karena antara individu satu dengan individu lainnnya mempunyai pola pikir yang berbeda.Konsep diri terbentuk dan dapat berubah karena interaksi dengan lingkungannya. Perkembangan yang berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang bersangkutan. Konsep diri yang dimiliki individu dapat diketahui melalui informasi, pendapat dan penilaian atau evaluasi dari orang lain.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar